Ada aroma laut yang samar namun menggoda dari ebi, dipadukan dengan keharuman bawang dan cabai yang meresap ke setiap pori-pori camilan ini. Meski sederhana, rasa Ham Pan sangat menggugah selera, dan membuatnya menjadi camilan yang sulit untuk berhenti dinikmati hanya satu atau dua keping saja.
Dalam budaya masyarakat Singkawang, khususnya keturunan Tionghoa, Ham Pan memiliki tempat tersendiri sebagai sajian yang selalu hadir dalam berbagai kesempatan.
Mulai dari perayaan Imlek, Cap Go Meh, hingga pertemuan keluarga besar, Ham Pan sering kali disuguhkan sebagai camilan pelengkap teh atau kopi. Bahkan, beberapa keluarga besar masih mempertahankan tradisi membuat Ham Pan secara turun-temurun, di mana resep dan teknik pembuatannya diwariskan dari generasi ke generasi.
Proses membuat Ham Pan ini bukan hanya soal memasak, tapi juga menjadi ajang berkumpulnya anggota keluarga, mempererat ikatan dan mengenang kembali kisah-kisah masa lalu yang selalu mengiringi makanan ini.
Tidak jarang, aktivitas membuat Ham Pan menjadi bagian dari ritual tahunan menjelang Tahun Baru Imlek, di mana para ibu dan nenek berkumpul di dapur untuk mempersiapkan adonan, sementara anak-anak membantu menjemur dan menyusun camilan itu di bawah sinar matahari.
Tradisi ini, yang tampak sederhana, justru menjadi fondasi dari kekayaan budaya yang terus dijaga oleh masyarakat Singkawang. Saat ini, Ham Pan tidak hanya dikenal oleh masyarakat Tionghoa Singkawang, tetapi juga mulai diminati oleh wisatawan dan pecinta kuliner Nusantara dari berbagai daerah.
Banyak toko oleh-oleh khas Singkawang yang menyediakan Ham Pan dalam berbagai variasi rasa, mulai dari yang orisinal pedas, hingga yang ditambahkan rasa-rasa modern seperti keju pedas atau seaweed untuk menyesuaikan dengan lidah generasi muda.
Meskipun mengalami modernisasi dalam hal varian rasa dan kemasan, cita rasa khas Ham Pan yang berbasis pada tepung beras dan ebi tetap dipertahankan. Beberapa produsen lokal bahkan mulai memasarkan Ham Pan secara daring, memperluas jangkauan pasar hingga ke luar Kalimantan Barat.
Fenomena ini menunjukkan bahwa makanan tradisional seperti Ham Pan tidak lantas tergerus zaman, tetapi justru menemukan bentuk baru untuk bertahan di tengah arus perubahan. Lebih dari sekadar camilan, Ham Pan telah menjadi simbol kreativitas kuliner, kekuatan identitas budaya, dan semangat adaptasi masyarakat Singkawang yang multikultural.
Penulis: Belvana Fasya Saad
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3540429/original/052361500_1628957968-Sapapua_-_Talam_Ebi_Pontianak.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)