Siapa Pendiri Oriental Circus Indonesia? Viral Aduan Eks Pemain Sirkus Diduga Disiksa

Siapa Pendiri Oriental Circus Indonesia? Viral Aduan Eks Pemain Sirkus Diduga Disiksa

PIKIRAN RAKYAT – Nama Oriental Circus Indonesia (OCI), atau yang akrab dikenal sebagai OCI Taman Safari, kembali mencuat ke permukaan.

Namun, kali ini bukan karena sorak sorai penonton yang terkesima oleh atraksi spektakuler, melainkan oleh pengakuan getir para mantan pemainnya.

Di balik kilauan kostum dan gemuruh tepuk tangan masa lalu, tersembunyi cerita tentang dugaan kekerasan fisik, tekanan mental, upah yang tak layak, hingga paksaan untuk terus tampil meski tubuh merintih kesakitan.

Sebelum tabir kelam ini tersibak, Oriental Circus Indonesia adalah ikon hiburan keliling yang berjaya di Tanah Air, sebuah mimpi yang dirajut oleh satu sosok visioner Hadi Manansang.

Dilansir Pikiran-Rakyat.com dari berbagai sumber, Hadi Manansang, sang pendiri, memulai perjalanan OCI dari kerasnya jalanan kota. Jauh sebelum dekade 1960-an, ia dikenal sebagai seniman jalanan yang gigih, seorang pegiat obat tradisional yang tak gentar mempertontonkan atraksi ekstrem yang memukau sekaligus mendebarkan.

Salto berbahaya, lemparan trisula yang mengancam, hingga aksi menancapkan besi ke dada menjadi santapan sehari-hari bagi para pejalan kaki yang berkerumun di sekelilingnya. Jiwa seni dan keberanian yang membara dalam diri Hadi menjadi cikal bakal lahirnya sebuah legenda hiburan.

Oriental Circus Indonesia, di bawah kepemimpinan Hadi Manansang, menjelma menjadi sebuah tontonan yang memadukan keajaiban akrobatik yang memukau, ilusi sulap yang membingungkan, kelihaian juggling yang menakjubkan, hingga interaksi yang mendebarkan dengan hewan-hewan liar.

Era 1990-an menjadi puncak kejayaan OCI. Mereka tak hanya merajai panggung-panggung hiburan di berbagai pelosok Indonesia, tetapi juga melebarkan sayap ke kancah internasional. China, Inggris, dan Amerika Serikat menjadi saksi bisu kehebatan para seniman OCI.

Saat itu, Oriental Circus Indonesia bukan hanya sekadar grup hiburan, melainkan juga representasi kebanggaan Indonesia di mata dunia.

Nama Hadi Manansang pun tak terpisahkan dari kesuksesan ini, menjadi motor penggerak yang mengubah pertunjukan jalanan sederhana menjadi hiburan berskala global yang mampu memukau penonton dari berbagai latar belakang budaya.

Namun, roda kehidupan terus berputar. Memasuki dekade 2010-an, gaung pertunjukan OCI Taman Safari mulai meredup. Tingginya biaya produksi, tekanan yang semakin kuat dari kelompok pemerhati satwa terkait penggunaan hewan dalam pertunjukan, serta perubahan selera dan tren hiburan menjadi tantangan berat yang dihadapi.

Salah satu penampilan terakhir mereka yang tercatat adalah “Hanoman The Dreamer” pada tahun 2016 di Jakarta Utara, sebuah kolaborasi artistik dengan para pemain sirkus dari Eropa.

Namun, pada April 2025, sejumlah mantan pemain perempuan memberanikan diri untuk menyampaikan pengalaman traumatis mereka kepada Wakil Menteri HAM (Wamenham), mengungkap dugaan kekerasan fisik, tekanan mental yang menghimpit, upah yang seringkali tak dibayarkan sesuai perjanjian, hingga paksaan untuk terus tampil di bawah sorot lampu panggung meskipun tubuh mereka dilanda sakit dan kelelahan.

Butet, salah satu mantan pemain sirkus OCI Taman Safari, dengan suara bergetar menceritakan perlakuan kasar yang kerap ia terima selama menjalani latihan keras dan tampil di bawah tekanan.

“Kalau main saat show tidak bagus, saya dipukuli. Pernah dirantai pakai rantai gajah di kaki, bahkan untuk buang air saja saya kesulitan,” ungkap Butet di Kantor Kementerian HAM, Jakarta, pada Selasa, 15 April 2025.

Bantahan dari Pihak Taman Safari

Rombongan Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa berfoto bersama pengelola Taman Safari Indonesia di lingkungan Taman Safari Indonesia di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (25/12/2024). (ANTARA/HO-Kemenpar)

Di tengah badai pengakuan yang viral di berbagai platform media sosial dan pemberitaan, salah satu pendiri Taman Safari Indonesia, Tony Sumampau, tampil untuk memberikan jawaban atas tudingan yang dilayangkan.

Dalam konferensi pers yang digelar di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu, 17 April 2025, Tony Sumampau dengan nada tegas membantah seluruh tuduhan kekerasan fisik, eksploitasi, dan perlakuan tidak manusiawi yang dialami oleh para mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI).

“Sama sekali tidak benar. Kalau memang itu benar kejadiannya karena tahun 1997 itu kan ada yang melapor,” ujar Tony Sumampau.

Ia juga menyangkal adanya penyiksaan yang dilakukan oleh pihak TSI terhadap para mantan pemain sirkus OCI yang telah bertahun-tahun beratraksi di berbagai tempat, termasuk di dalam kawasan Taman Safari Indonesia.

“Itu sama sekali apa yang disampaikan kayaknya tidak masuk di akal juga gitu ya. Seperti dipukul pakai besi, mati mungkin kalau dipukul. Jadi nggak benar itu hanya, apa, suatu difitnahkan seperti itu. Nah itu kan akan kita klarifikasi juga,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Tony Sumampau menantang para mantan pemain sirkus tersebut untuk menunjukkan bukti-bukti konkret yang mendukung klaim mereka mengenai adanya perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pihak Taman Safari Indonesia.

Ia menekankan bahwa tuduhan tanpa bukti yang jelas tidak dapat diterima dan pihak TSI siap untuk melakukan klarifikasi lebih lanjut guna meluruskan permasalahan yang berkembang di masyarakat.

Tak hanya itu, Tony Sumampau juga mengungkapkan narasi yang berbeda mengenai latar belakang para mantan pemain sirkus tersebut.

Ia mengklaim bahwa mereka telah dirawat oleh pihaknya sejak usia bayi, setelah diselamatkan dari lingkungan prostitusi di kawasan Kalijodo, Jakarta.

“Dari bayi, masih bayi. Membesarkan mereka bukannya gampang, ada suster yang jagain,” ungkapnya.

Tony Sumampau juga menyinggung pernyataan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) beberapa tahun lalu, yang menurutnya memberikan apresiasi terhadap langkah Taman Safari Indonesia dalam menampung anak-anak dari Kalijodo.

“Ingat saya dari Komnas HAM itu menyatakan, sudah ditampung saja sudah bagus itu sehingga sehat-sehat gitu. Waktu itu kan, kalau kamu tidak ditampung mungkin kamu orang sudah nggak ada kali.

“Siapa yang mau kasih makan kamu orang dari bayi. Sampai kamu besar gini, kenapa tidak ucapkan terima kasih,” pungkasnya.

Polemik ini semakin menarik perhatian publik dan memunculkan pertanyaan mendasar mengenai etika bisnis di industri hiburan, perlindungan hak-hak pekerja seni, serta tanggung jawab sosial sebuah institusi besar seperti Taman Safari Indonesia terhadap individu-individu yang pernah bekerja di bawah naungannya.

Investigasi yang komprehensif dan transparan diharapkan dapat mengungkap kebenaran di balik kisah yang kontradiktif ini dan memberikan keadilan bagi pihak-pihak yang dirugikan.***

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News