Keluh Pedagang Pasar Tanah Abang: Kini Sepi Pembeli dan Kerap Dibandingkan dengan Toko “Online”
Tim Redaksi
JAKARTA,KOMPAS.com –
Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah, sejumlah pedagang di
Pasar Tanah Abang
, Jakarta Pusat, mengeluhkan soal kondisi pembeli saat ini yang tak seramai seperti tahun lalu.
Mereka menilai, ada penurunan jumlah pembeli yang cukup signifikan di Pasar Tanah Abang.
“Tahun sebelumnya pembeli bagaikan tawaf karena jalan cuma selangkah. Padat,
full
banget,” ungkap Edo (35), salah satu pedagang di Pasar Tanah Abang ketika ditemui di tempatnya berdagang, Sabtu (15/3/2025).
Edo menyebutkan, suasana di Pasar Tanah Abang saat ini terasa lebih longgar, bahkan di beberapa koridor masih tampak sepi.
“Sekarang mah, ibaratnya bisa buat main sepak bola karena ada yang luang,” tambahnya dengan nada canda.
Edo mengenang masa lalu saat pembeli saling berebut baju di tokonya menjelang Lebaran.
“Buat saya, buat saya,” katanya, menirukan suara para ibu-ibu yang antusias dalam perburuan busana.
Namun, di tahun ini, momen seru tersebut tidak lagi ia rasakan. Edo berujar ada penurunan jumlah pembeli yang cukup drastis.
“Pembeli menurun 50 persen dari tahun sebelumnya yang sehari bisa mencapai sekitar 150 orang,” ungkapnya.
Padahal, waktu menjelang Lebaran seharusnya membawa suasana berbelanja yang lebih hidup.
Senada dengan Edo, pedagang Pasar Tanah Abang lainnya, Novi, juga merasakan betapa sepinya kondisi Tanah Abang saat ini.
“Kalau sekarang dapat dikatakan sepi. Sedangkan, kalau tahun lalu, sejak pagi, pembeli sudah desak-desakan,” ujar Novi kepada Kompas.com.
Novi ingat betul bahwa tahun lalu pembeli sudah berbondong-bondong datang ke Pasar Tanah Abang sejak pagi dengan kondisi penuh sesak hingga sore hari.
“Kalau tahun kemarin, dari jam 07.00-17.00 WIB itu pembeli desak-desakan dalam seharian,” jelasnya.
Akan tetapi, suasana yang terjadi saat ini sebaliknya, di mana pembeli hanya ramai selama dua jam.
“Sisanya sepi lagi,” tutur Novi dengan nada yang mencerminkan kekecewaan.
Penurunan jumlah pembeli berdampak langsung terhadap pendapatan para pedagang Pasar Tanah Abang.
Novi mengungkapkan, penjualan di tokonya saat menjelang Lebaran pada tahun lalu bisa mencapai Rp 10 juta. Namun, pendapatan yang didapatnya kini berkurang 50 persen.
“Sekarang sekitar Rp 5 juta sehari,” jelasnya.
Sementara itu, Edo menilai sepinya pembeli disebabkan oleh melemahnya ekonomi masyarakat Indonesia.
“Pembeli sepi karena ekonomi Indonesia melemah, pembeli jadi terdampak,” kata Edo.
Edo menjelaskan, kondisi ekonomi yang melemah membuat pembeli kesusahan sehingga berimbas kepada para pedagang.
Ia pun menuding salah satu penyebab melemahnya ekonomi masyarakat adalah banyaknya pejabat yang terlibat dalam praktik korupsi.
“Mungkin karena kebanyakan pejabat korupsi, ekonomi jadi turun, yang susah kita sebagai masyarakat,” ungkapnya.
Selain pendapatan yang berkurang, pedagang di Pasar Tanah Abang jug mengeluhkan soal pembeli yang kerap membandingkan kualitas dan harga bajunya di toko
online
.
Tak sedikit pembeli merasa bahwa harga baju di Tanah Abang mahal, sedangkan di toko
online
murah.
“Sering banyak yang membandingkan barang di sini lebih mahal daripada
online
atau
e-commerce
,” kata salah satu padagang di Pasar Tanah Abang, Atun (48).
Atun mengatakan, kualitas barang yang dijual di Tanah Abang berbeda dengan di
e-commerce
.
“Kami cuma bisa bela diri bahwa bahan di sini beda, ukurannya juga beda,” jelas dia.
Menurut Atun, keberadaan toko
online
membuat penghasilannya juga berkurang 75 persen.
“Sebulan bisa meraih sekitar belasan juta, sekarang berkurang 75 persen,” ungkap dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
1 Keluh Pedagang Pasar Tanah Abang: Kini Sepi Pembeli dan Kerap Dibandingkan dengan Toko "Online" Megapolitan
/data/photo/2025/03/15/67d51683116f9.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)