Surabaya (beritajatim.com) – Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Ais Shafiyah Asfar, menyatakan keprihatinannya atas tingginya kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Surabaya yang mencapai 10.741 kasus hingga November 2024. Angka ini baru mencapai 73,89 persen dari target 14.537 kasus yang ditetapkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya.
Menurut Ais, tingginya angka kasus TBC menandakan perlunya perhatian khusus dalam memberikan akses layanan kesehatan bagi masyarakat. Dia menegaskan bahwa tidak boleh ada warga Surabaya yang kesulitan mendapatkan pengobatan akibat kendala biaya atau fasilitas kesehatan yang tidak memadai.
“Saya mengimbau Pemkot Surabaya untuk bisa memastikan akses layanan pengobatan bagi penderita TBC itu harus maksimal, apalagi bagi masyarakat kurang mampu. Tidak boleh ada warga Kota Surabaya yang kesulitan mendapatkan pengobatan hanya karena masalah biaya atau fasilitas kesehatan yang tidak menunjang,” tegas Ais, Minggu (15/12/2024).
Selain fokus pada pengobatan, Ais juga mengingatkan pentingnya kerja keras dalam menemukan kasus-kasus baru agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai. Edukasi dan pencegahan juga menjadi langkah yang harus diperkuat oleh Pemkot Surabaya melalui berbagai program.
“Selain melakukan active case finding, passive case finding, hingga membentuk tim khusus penanganan TBC, Pemkot semestinya juga harus punya semangat kolaborasi antar elemen. Tidak hanya di lingkungan pemerintahan, tapi juga bisa bekerja sama dengan swasta, lembaga sosial, aktivis kesehatan, dan lainnya,” jelasnya.
Ais menambahkan, sinergi lintas sektor harus dilakukan secara masif untuk menangani TBC di Kota Surabaya. Dia juga menyarankan agar kader-kader di setiap RT diberdayakan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pola hidup sehat untuk mencegah penularan TBC.
“Penanganan TBC ini tidak bisa hanya mengandalkan Dinas. Perlu adanya kolaborasi lintas sektor, mulai dari Pemkot, Kelurahan, hingga RT dan RW. Edukasi lebih intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga pola hidup sehat dan sadar akan potensi penularan TBC juga harus diperkuat,” tutup Ais. [asg/but]
