Keunikan Gondang Sabangunan terletak pada cara penyajiannya yang penuh dengan nilai-nilai filosofi dan spiritualitas. Dalam pelaksanaannya, setiap alunan musik yang dimainkan memiliki makna yang dalam, tergantung pada konteks upacara adat yang sedang berlangsung.
Sebagai contoh, dalam upacara kematian, Gondang dimainkan dengan tempo lambat dan nada yang dalam, mencerminkan suasana duka dan penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Sementara itu, dalam pesta adat seperti pernikahan, Gondang dimainkan dengan ritme yang lebih cepat dan dinamis, melambangkan kebahagiaan serta harapan akan kehidupan yang harmonis bagi pasangan pengantin.
Sejarah mencatat bahwa Gondang Sabangunan telah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat Batak Toba. Dahulu, ansambel ini dimainkan dalam upacara-upacara yang bersifat kepercayaan animisme dan dinamisme, di mana Gondang dianggap sebagai media komunikasi dengan roh leluhur dan dewa-dewa yang diyakini bersemayam di alam semesta.
Dalam perkembangannya, ketika agama Kristen mulai masuk ke tanah Batak melalui para misionaris, peran Gondang Sabangunan mengalami perubahan. Sebagian kelompok masyarakat mulai mengadaptasi musik Gondang dalam konteks yang lebih modern, seperti dalam acara-acara gerejawi, sementara sebagian lainnya tetap mempertahankan nilai tradisionalnya.
Meskipun zaman telah berubah dan modernisasi semakin pesat, Gondang Sabangunan tetap bertahan sebagai bagian dari budaya Batak Toba. Bahkan, di era sekarang, banyak generasi muda yang mulai kembali melestarikan kesenian ini melalui berbagai festival budaya, pertunjukan seni, hingga pembelajaran di sekolah-sekolah seni dan komunitas adat.
Upaya revitalisasi ini menjadi sangat penting agar Gondang Sabangunan tidak punah di tengah arus globalisasi yang cenderung menggeser budaya lokal.Di beberapa daerah di Sumatera Utara, Gondang Sabangunan juga mulai mendapatkan pengakuan di kancah internasional.
Beberapa kelompok musik tradisional Batak telah melakukan pertunjukan di luar negeri, memperkenalkan keindahan dan kedalaman musik Gondang kepada dunia. Hal ini membuktikan bahwa kesenian tradisional bukan hanya sekadar warisan masa lalu, tetapi juga memiliki relevansi di dunia modern sebagai bagian dari identitas budaya yang harus terus dijaga dan dihormati.
Pada akhirnya, Gondang Sabangunan bukan sekadar ansambel musik tradisional, tetapi juga simbol dari kebersamaan, spiritualitas, dan kebanggaan masyarakat Batak Toba.
Musiknya yang kaya akan filosofi dan makna menjadi cerminan dari kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun. Oleh karena itu, menjaga dan melestarikan Gondang Sabangunan bukan hanya tanggung jawab masyarakat Batak semata, tetapi juga menjadi bagian dari upaya mempertahankan kekayaan budaya Indonesia agar tetap hidup dan berkembang di masa depan.
Penulis: Belvana Fasya Saad
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1656374/original/040457000_1500736517-kemenpar_22_juli__5__OK.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)