Andy juga mengingatkan pinjol bukanlah musuh, namun harus digunakan dengan bijak. Jika digunakan untuk keperluan yang benar-benar mendesak, pinjol bisa menjadi solusi keuangan yang membantu. Namun, jika digunakan tanpa perhitungan hanya untuk memenuhi gaya hidup, dampaknya bisa sangat merugikan dalam jangka panjang.
“Kunci utama dalam mengelola keuangan adalah memahami prioritas. Jangan sampai hanya karena ingin memenuhi keinginan sesaat, kita justru mengorbankan kestabilan finansial di masa depan,” pungkas Andy.
Andy juga menekankan ketika seseorang mengambil pinjol untuk barang konsumtif, mereka sebenarnya menambah beban finansial yang tidak perlu.
Menurutnya barang yang dibeli dengan pinjol mungkin tidak terlalu penting, tapi yang jelas cicilannya akan tetap berjalan dan harus dibayar dengan tambahan bunga. Ia mencontohkan kasus renovasi rumah untuk gengsi sebagai contoh penggunaan pinjol yang kurang bijak.
“Misalnya, seseorang melihat tetangganya merenovasi rumah dan merasa tidak mau kalah. Akhirnya, dia nekat mengambil pinjol untuk memperbaiki rumahnya juga, padahal sebenarnya rumahnya masih dalam kondisi layak,” ungkapnya.
Hal yang sama berlaku untuk pembelian gadget terbaru hanya demi tren. Menurut Andy jika gadget yang lama masih berfungsi, tapi tetap membeli yang baru dengan pinjol hanya karena ingin terlihat mengikuti tren, itu keputusan yang buruk.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4035208/original/006769000_1653635186-pinjol_1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)