Kiat Para Pemuda Osing Jaga Seni Budaya Asli Banyuwangi
Tim Redaksi
BANYUWANGI, KOMPAS.com
– Banyuwangi tersohor sebagai wilayah di ujung timur Pulau Jawa yang memiliki ragam budaya kuat yang dijaga dengan baik oleh masyarakat aslinya,
Suku Osing
.
Suku Osing terus teguh berdiri di tengah arus globalisasi, seperti yang dilakukan Dedy Wahyu Hernanda, pemuda Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, bersama rekan-rekan pemuda lainnya di desa itu.
“Kami punya tim penyusun dokumen dan pokok pemikiran kemajuan kebudayaan desa. Isinya elemen anak muda dan stakeholder terkait, termasuk pemerintah desa dari lembaga adat,” terang Dedy, Kamis (30/1/2025).
Diurai Dedy, mereka dituntut untuk bisa menjaga dan merawat adat, tradisi, serta weluri atau penghormatan kepada adat istiadat Suku Osing yang telah diturunkan dari leluhur.
Setiap tahun, mereka menyusun rencana kerja untuk rencana aksi menargetkan pengembangan potensi wilayah.
Salah satu hasilnya, Banyuwangi lolos Anugerah Kebudayaan Indonesia dari pemerintah berkat sinergi yang mereka jalin bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur.
Mereka mengajukan Mbah Temu yang merupakan maestro
Tari Gandrung
Banyuwangi, Mbah Siami perajin tenun tradisional Banyuwangi, dan Mbah Senari yang merupakan penyalin kitab lontar.
“
Mindset
-nya adalah bagaimana peran anak muda bisa optimal. Karena generasi tua dari segi teknologi informasi kurang, jadi di sini peran milenial yang harus kita tonjolkan,” ujar Dedy.
Untuk mendukung hal tersebut, upaya yang dilakukan, selain peningkatan kelembagaan, adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dari para pemuda Desa Kemiren itu sendiri.
Dikatakan Dedy, dua faktor tersebut penting sebagai fondasi, sehingga masing-masing pemuda dapat berperan optimal sesuai kapasitas dan bidangnya.
“Kita berusaha meningkatkan kemampuan orang sesuai kapasitasnya,” ujarnya.
Dedy sendiri, misalnya, memiliki semangat di bidang batik. Kini dia mengembangkan kapasitasnya dengan syiar batik.
Dia membuka galeri batik yang juga berisi edukasi bagi masyarakat luas untuk mengenal batik Banyuwangi lebih jauh.
Dedy juga mencontohkan pemuda lainnya yang bergerak di bidang kuliner, bagaimana teman-temannya mengambil peran masing-masing sesuai tupoksi untuk mengangkat citra makanan khas Banyuwangi hingga mensolidkan pedagang dengan berbagai karakter yang berbeda.
“Desa Kemiren mendapat juara 2 tata kelola kelembagaan dan SDM, itu berkat sinergi pemuda, pemdes, masyarakat adat, dan tokoh adat. Semua elemen sinkron. Satu desa satu pemikiran,” tuturnya.
Kini, segala upaya yang mereka lakukan juga berdampak baik untuk desanya, yaitu meningkatnya Pendapatan Asli Desa (PADes) melalui sharing profit usaha masyarakat dengan BUMDes, yang juga akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Kemiren sendiri.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kiat Para Pemuda Osing Jaga Seni Budaya Asli Banyuwangi Surabaya 30 Januari 2025
/data/photo/2025/01/30/679b76ff23dc0.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)