Blitar (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar berencana untuk menambah luasan lahan tanaman padi sekitar 42 ribu hektare. Hal ini dilakukan karena tahun ini, produksi padi di Kabupaten Blitar masih belum bisa maksimal bahkan mengalami defisit.
Kepala Bidang (Kabid) Sarana Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar, Hikma Wahyudi menyebut langkah ini dilakukan untuk mengatasi defisit padi selama beberapa tahun terakhir.
Data yang dimiliki oleh DKPP Kabupaten Blitar, sejak Oktober 2023 hingga September 2024 luasan sawah yang ditanami padi di Bumi Penataran hanya mencapai 38,8 ribu hektar.
“Kami menargetkan tahun depan area tanam padi bisa mencapai 42 ribu hektare. Itu target dari pemerintah pusat untuk Kabupaten Blitar. Dimungkinkan komoditas tertentu justru berkurang ketika area sawah padi ditambah. Hal itu pasti, apalagi Blitar petaninya beragam,” ujar Hikma, Kamis (26/12/2024).
Luasan sawah di Kabupaten Blitar setiap tahunnya bukan bertambah justru terus mengalami penyusutan setiap tahunnya. Alih fungsi lahan menjadi penyebab penyusutan luasan sawah di Kabupaten Blitar.
Melihat kondisi itu Pemkab Blitar berencana untuk mengurangi luasan lahan lain untuk diubah menjadi sawah. Langkah itu ditempuh untuk mewujudkan Kabupaten Blitar dapat surplus padi sepanjang tahun dan mengirim ke luar daerah.
Berdasarkan data dari DKPP, Kabupaten Blitar miliki rata-rata lahan padi seluas 2 ribu hektar tiap bulan. Terbanyak 6 ribu-9 ribu hektar, jumlah itu terjadi pada Desember 2023 hingga Maret 2024.
Kabupaten Blitar pernah terdapat area tanam padi yang jumlahnya cukup tinggi, mencapai 50 ribu hektar. Namun hal itu terjadi pada tahun lalu, kini para petani banyak beralih menanam komoditas lain.
“Kebijakan menambah area tanam padi ini juga berdampak pada area tanam jagung. Padahal tahun ini area tanam jagung sudah menyentuh 52 ribu ha, melebihi target dari pemerintah pusat 51 ribu ha,” ungkapnya.
Kabupaten Blitar yang dikenal daerah sentra peternak ayam, pastinya membutuhkan pakan jagung. Ketika area sawah jagung diubah tanam padi tentu pakan ternaknya yang berkurang. Meskipun begitu, pemerintah tidak bisa memaksakan kehendak petani untuk menanam tanaman apapun.
Area tanam padi tahun ini turun, area tanam jagung bertambah. Karena fokusnya beberapa tahun ini memang jagung untuk kebutuhan peternakan. Tanaman tersebut dianggap lebih menguntungkan untuk petani.
“Kami tidak bisa memaksa para petani. Hanya persuasif, kalau tanam padi kami dukung benih dan pupuknya. karena kami juga memikirkan para peternak. Ketika padi dianggap lebih menguntungkan, pasti petani tanpa disuruh akan menanam sendiri,” pungkasnya. [owi/beq]
