Jakarta, Beritasatu.com – Gempa berkekuatan magnitudo 6,6 mengguncang wilayah barat daya Jepang pada Senin, (13/1/2025) malam. Tidak ada laporan segera terkait korban atau kerusakan yang ditimbulkan. Gempa ini memicu gelombang tsunami kecil di beberapa area dengan ketinggian 20 cm di Prefektur Miyazaki dan 10 cm di Prefektur Kochi,
Mengutip Kyodo News, Selasa (14/1/2025), setelah memastikan situasi aman, Badan Meteorologi Jepang mencabut peringatan tsunami. Gempa ini terjadi di kawasan Laut Hyuga Nada, di lepas pantai Prefektur Miyazaki, pada kedalaman sekitar 36 kilometer.
Awalnya, magnitudo gempa diperkirakan 6,4, kemudian diperbarui menjadi 6,9 sebelum akhirnya disesuaikan menjadi 6,6. Guncangan terkuat mencapai skala 5 bawah dalam skala seismik Jepang, terutama di daerah, seperti Shintomi dan Takanabe.
Sebagai respons gempa Jepang yang picu tsunami kecil, Badan Meteorologi Jepang kembali merilis Nankai Trough Extra Information, buletin khusus yang dikeluarkan untuk menyoroti fenomena abnormal atau potensi bencana.
Hal ini merupakan kali kedua buletin tersebut diterbitkan, setelah sebelumnya dilakukan pada Agustus 2024 lalu.
Pihak berwenang menyelidiki kemungkinan peningkatan risiko gempa besar. Namun, mereka menyimpulkan bahwa gempa kali ini tidak meningkatkan peluang terjadinya megathrust.
Beberapa layanan transportasi, seperti jalur kereta cepat Kyushu Shinkansen sempat dihentikan sementara akibat gempa. Kemudian, tidak ditemukan kerusakan di fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir di Prefektur Ehime dan Kagoshima.
Getaran gempa dirasakan di banyak wilayah di bagian barat Jepang. Gempa ini terjadi di tepi barat pusat aktivitas tektonik yang terkait dengan Nankai Trough, zona aktif di sepanjang pantai pasifik Jepang.
Gempa megathrust di Nankai Trough diketahui berulang setiap 100 hingga 150 tahun. Dua gempa besar terakhir di area ini terjadi pada 1944 dan 1946. Berdasarkan analisis pemerintah, ada peluang 70-80% gempa bermagnitudo 8-9 terjadi dalam 30 tahun mendatang.
Sebagai tindakan antisipasi, beberapa daerah mendirikan pusat evakuasi untuk menghadapi potensi bahaya. Lansia juga diimbau mengambil langkah perlindungan sebagai tindakan preventif.
Meski begitu, gempa Jepang yang picu tsunami kecil ini tidak dianggap sebagai tanda langsung dari meningkatnya risiko gempa megathurst. Pemerintah bersama Badan Meteorologi Jepang terus memantau perkembangan aktivitas seismik di wilayah tersebut.
