Pengusaha: Kurangnya Eksplorasi Jadi Tantangan Pemanfaatan Sumber Nikel Indonesia – Page 3

Pengusaha: Kurangnya Eksplorasi Jadi Tantangan Pemanfaatan Sumber Nikel Indonesia – Page 3

Liputan6.com, Jakarta – Indonesia memiliki potensi meningkatkan hingga 2 kali GDP per kapitanya dari hasil hilirisasi sumber mineral kritis, salah satunya nikel yang kini sebagian besar cadangannya berada di negara tersebut.

Ketua Komite Tambang & Minerba bidang ESDM Dewan Pengurus Nasional (DPN) Apindo, Hendra S. Sinadia mengutip Data BPS yang menunjukkan bahwa hilirisasi akan membawa dampak ekonomi yang signifikan terhadap Indonesia, sebesar 10,000 USD pada tahun 2045, atau naik dua kali lipat dari USD 4,919 pada 2023.

Namun, ia juga mencatat, beberapa tantangan perlu diatasi yaitu penurunan eksplorasi mineral kritis karena minimnya investasi.

“Tantangan terbesar adalah eksplorasi dalam memastikan keberlanjutan, khususnya pada pasokan nikel untuk memenuhi kebutuhan Industri atau investasi yang kebanyakan menggunakan cadangan limonit,” ungkap Hendra, dalam Executive Forum yang digelar di The Tribrata Hotel & Convention Center, Jakarta Selatan, Jumat (20/12/2024).

“Jadi kalau industrinya bisa didorong, tentu pemanfaatan cadangan kualitas nikel kalori rendah bisa lebih dimanfaatkan dan kita punya cukup banyak,” lanjutnya.

Hendra menyebut, diperkirakan masih ada 60% green field nikel yang belum dieksplorasi. Sementara itu, permintaan nikel global diperkirakan akan meningkat hingga 3,5 kali dalam rentang 2015-2050 dengan industri baterai sebagai penggerak utama permintaan tersebut.

Adapun catatan dari Wood Mackenzie yang mengungkapkan bahwa permintaan nikel global akan melebihi 4 juta ton pada tahun 2040.

“Jadi potensinya masih sangat besar. Maka dengan eksplorasi yang bisa dikatakan minim saja untuk cadangan limonit kita masih punya cukup banyak, apalagi jika eksplorasinya didorong,” ujar dia.

Adapun tantangan terkait persyaratan usaha termasuk AMDAL dan pembebasan lahan, terbatasnya insentif yang menarik untuk investasi dan pendanaan rumah, serta keterbatasan tenaga kerja dan kekhawatiran kesenjangan sosial di daerah lokasi tambang mineral.