TRIBUNJATIM.COM – Protes atas makanan yang disajikan di asrama, puluhan orang tua siswa SMA Titian Teras Jambi mendatangi sekolah, Sabtu (16/11/2024).
Kedatangan mereka untuk menyampaikan keluhan terkait kualitas makanan yang disajikan untuk anak-anak mereka yang tinggal di asrama.
Mereka merasa kecewa dengan kondisi makanan yang disediakan oleh pihak sekolah.
Aksi para orang tua yang menggeruduk sekolah inipun viral di media sosial.
Dari keterangan yang beredar, orang tua siswa, Melan, menyampaikan bahwa keluhan utama yang diterima adalah masalah makanan asrama.
Menurutnya, menu yang disajikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
Lalu kualitas makanan dianggap kurang baik serta tidak memenuhi standar kebersihan yang diharapkan.
“Keluhan ini sudah ada sejak lima bulan lalu. Sampai sekarang, yang paling sering dikeluhkan oleh siswa adalah masalah katering dan kualitas makanan yang buruk,” kata Melan.
“Banyak menu yang tidak sesuai, dan kebersihan makanan juga menjadi perhatian kami,” imbuh Melan saat ditemui di sekolah.
Para orang tua berharap agar pihak sekolah segera menanggapi keluhan ini dan memperbaiki kondisi yang dirasakan anak-anak mereka.
Terutama terkait dengan kualitas makanan di asrama yang menjadi salah satu fasilitas penting bagi para siswa yang tinggal di sana.
Kepala SMA Titian Teras H Abdul Rahman Sayuti, Karnama pun membantah tuduhan bahwa makanan yang diberikan kepada siswa dalam kondisi tidak layak.
Ia memastikan bahwa pihak sekolah selalu mengontrol makanan yang disajikan untuk siswa setiap hari, termasuk mengkonsumsi makanan yang sama dengan para siswa.
Ilustrasi puluhan orang tua siswa SMA Titian Teras Jambi protes kualitas makanan di asrama (ISTIMEWA)
“Kami memastikan tidak ada masalah dalam pemberian makanan kepada siswa.”
“Karena kami juga melakukan kontrol dan ikut makan makanan yang sama,” ujar Karnama, Senin (18/11/2024).
Karnama menjelaskan bahwa proses pemilihan pihak ketiga (katering) dilakukan melalui lelang terbuka yang melibatkan berbagai pihak, termasuk komite sekolah.
Selain itu, evaluasi dan kontrol terhadap kualitas makanan dilakukan secara berkala.
“Proses menentukan pihak ketiga dilakukan secara transparan, dengan melibatkan banyak pihak.”
“Kontrol terhadap makanan juga dilakukan secara berkala,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa jumlah siswa Titian Teras saat ini lebih dari 700 orang.
Namun hanya segelintir yang menyuarakan protes terkait kualitas makanan.
Untuk satu menu, anggaran yang disediakan adalah sebesar Rp10.000 per porsi, dengan total Rp30.000 per hari untuk tiga kali makan.
“Dengan anggaran tersebut, tentu kami tidak bisa menyajikan menu mewah, tetapi kami memastikan kandungan gizi setiap menu seimbang,” ungkap Karnama.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pihak katering yang dipilih sudah dilengkapi dengan ahli gizi untuk memastikan menu makanan yang disajikan sesuai kebutuhan nutrisi siswa.
“Dengan adanya ahli gizi, kami memastikan bahwa makanan yang disajikan memenuhi kebutuhan gizi siswa,” tutup Karnama.
CV Global Prima selaku perusahaan penyedia makanan untuk siswa SMA Titian Teras H Abdurahman Sayuti pun merasa dirugikan.
Pihak katering menyayangkan viralnya video yang menyebut makanan di sekolah tersebut tidak layak konsumsi.
Pengawas lapangan CV Global Prima, Aldiyansah menyatakan, pihaknya akan menempuh jalur hukum untuk menuntut keadilan dan memulihkan nama baik perusahaan.
“Kami sudah sangat dirugikan. Nama baik perusahaan rusak, maka kami akan menempuh jalur hukum untuk perkara ini,” ujar Aldiyansah saat dikonfirmasi Tribun Jambi, Senin (18/11/2024).
Menurut Aldiyansah, pihaknya tengah mengumpulkan bukti sebelum melaporkan kasus ini ke Polda Jambi.
Ia meyakini bahwa semua makanan yang disediakan oleh CV Global Prima telah memenuhi standar yang ditetapkan, dengan pengawasan ketat yang dilakukan secara rutin.
“Kami memiliki petugas yang selalu standby di SMA Titian Teras untuk memastikan mutu makanan,” katanya.
Aldiyansah, pengawas lapangan CV Global Prima (Tribun Jambi/yon rinaldi)
Aldiyansah mempertanyakan, mengapa siswa yang mengeluhkan makanan tidak langsung melapor kepada petugas katering yang ada di lokasi atau ke pihak sekolah.
“Jika memang ada makanan basi atau tidak layak, kenapa tidak langsung dilaporkan?”
“Selain itu, jika makanan itu benar-benar tidak layak, mestinya siswa yang memakannya akan mengalami sakit, seperti diare.”
“Sampai saat ini, tidak ada laporan medis semacam itu,” ungkap Aldiyansah.
Ia juga menegaskan bahwa pihak yang menyebarkan tuduhan tersebut tidak dapat menunjukkan bukti nyata terkait klaim makanan basi atau tidak layak konsumsi.
“Kami akan mengambil langkah hukum untuk menyelesaikan masalah ini,” tegas Aldiyansah.
CV Global Prima berharap langkah hukum ini menjadi pelajaran bagi semua pihak agar tidak sembarangan menyebarkan informasi yang merugikan pihak lain tanpa bukti.
Laporan tersebut akhirnya dimediasi oleh pihak sekolah dan yang memberikan tuduhan meminta maaf.
“Kemarin kita sudah melaporkan, namun terlapor menangis saat dimediasi dan meminta damai, makanya kami tarik laporan. Eh, sekarang malah diulang lagi,” ujar Aldiansyah.
“Untuk itu kali ini, kami akan menempuh jalur hukum,” tegasnya.
Aldiansyah curiga bahwa isu tentang makanan yang tidak layak ini karena persaingan bisnis.
Hal ini karena tuntutan mereka adalah mengganti katering.
“Kami yakin makanan yang kami berikan tidak ada yang tidak layak, makanya kami curiga ke sana,” ungkap Aldiansyah.
Sementara itu, kecurigaan yang sama disampaikan sang Kepsek, Karnama.
Ia menceritakan, pihak wali murid yang protes pernah mengajukan permohonan untuk menjadi perusahaan penyedia makanan di SMA Titian Teras.
“Kami menduga, ya, karena mereka itu pernah menyodorkan nama tertentu untuk menggantikan pihak katering saat ini,” ujarnya.
Namun pihak sekolah tentu tidak bisa mengakomodir permintaan wali murid tersebut, karena sudah memiliki perjanjian dan kontrak dengan perusahaan saat ini.
Selain itu Karnama menjelaskan, untuk menjadi vendor katering di SMA TT harus melalui lelang terbuka dan melibatkan banyak pihak, termasuk komite sekolah.
Hal ini juga ditegaskan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, Samsurizal.
Ia mengatakan, untuk masalah katering dilakukan secara lelang terbuka dan melibatkan banyak pihak.
“Saya sebagai kepala dinas saja tidak bisa mengintervensi perusahaan yang akan bekerja sama dengan TT, karena mereka lelang terbuka,” pungkasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com