TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebanyak 47 pendekar silat dari Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), mengikuti kegiatan Training of Trainers (TOT) di sebuah hotel berbintang wilayah Bogor, Jawa Barat.
Kegiatan yang berlangsung dari Sabtu (25/1) ini akan berlangsung selama empat hari hingga 28 Januari 2025.
Kegiatan yang dibuka oleh Ketua Majelis Luhur PSHT, Eddy Asmanto ini dihadiri Ketua Umum PSHT, Muhammad Taufiq.
Kemudian para pendekar silat PSHT dari wilayah Jabodetabek.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Sekretaris Umum PSHT, Purwanto.
Kemudian Ketua PSHT Pemprov DKI Mardikan, Ketua PSHT Pemprov Jawa Barat Edi Leksono dan para pengurus PSHT lainnya.
Ketua Umum PSHT, Muhammad Taufiq menuturkan, TOT ini diberikan sebagai pelatihan dasar menjadi pelatih profesional di tubuh organisasi yang dipimpinnya.
Yakni untuk mempersiapkan seseorang menjadi pelatih yang kompeten dan bersertifikasi.
TOT diikuti oleh 47 pendekar silat PSHT dari sejumlah cabang di wilayah Jabodetabek dan Cabang Khusus TMII plus dari Cabang Subang.
“Ini kegiatan internal dalam rangka meningkatkan kualitas para pelatih di tubuh PSHT. Mereka nantinya akan mendapatkan sertifikat pelatih pratama usai mengikuti TOT,” ujar Taufiq.
Kegiatan menghadirkan narasumber dari internal Lemdiklat PSHT. Antara lain, Ketua Lemdiklat PSHT, Aji Antoko.
Kemudian Sugito, Asep, Heru, Didi, Wuri dan sejumlah pelatih skala nasional lainnya.
Disebutkan, kegiatan ini sekaligus untuk menyamakan senam dan jurus PSHT di seluruh nusantara maupun yang ada di luar negeri.
Dalam kesempatan ini, para pelatih di seluruh Indonesia diharapkan memiliki sertifikat pelatih.
Mulai dari tingkat, rayon, ranting hingga cabang.
Karena itu pihaknya menggelar TOT untuk pelatihan tingkat pratama. Jika lulus maka akan mengikuti pelatihan di level berikutnya, tingkat madya hingga tingkat Utama.
Sementara, Ketua Lemdiklat PSHT, Aji Antoko menambahkan, sebenarnya para pelatih di PSHT sudah memiliki sertifikat.
Hanya saja yang mengeluarkannya dari cabang masing-masing. Sehingga ada perbedaan dan kali ini akan diseragamkan seluruhnya melalui sertifikat yang dikeluarkan dari pengurus pusat PSHT.
“Kami berharap nantinya ada standarisasi dalam pelatihan pada siswanya mulai dari sabuk polos, jambon, hijau hingga putih kecil dan menjadi warga PSHT. Sehingga nantinya menghasilkan senam dan jurus yang sama di seluruh Indonesia maupun luar negeri,” ujar Koko, sapaan akrab Aji Antoko.
Disebutkan, alasan Pengurus Pusat PSHT menggelar TOT pencak ajaran karena memang jika ingin menelurkan atlet silat berprestasi berskala nasional hingga internasional, perlu pelatih yang handal dan profesional.
Hasil evaluasi tim belakangan ini bahwa dalam pertandingan selalu menurun perolehan medali emasnya karena ternyata ajarannya para atlet tersebut tidak tuntas dalam mengikuti silat ajaran.
Sehinga pencak ajaran harus diperbaiki dari awal.
Karena jika siswa sudah mendapatkan pencak ajaran sampai tingkat pelatih, berarti mereka memiliki Teknik cara menendang, memukul dan menangkis yang bagus.
Dalam TOT ini juga didiberikan materi perubahan mengenai ausdower atau gerakan pemanasan dalam latihan pencak silat. Sekarang ausdowernya masuk dalam prestasi berbasis pencak ajaran.
Dari TOT ini pihaknya menargetkan pada tahun 2028 PSHT akan mendulang emas lebih banyak lagi di ajang pekan Olahraga Nasional (PON).